Wednesday, December 18, 2019

Inilah Khutbah Terakhir Iblis di Hari Kiamat, Beda Jauh Dengan Khutbah Iblis Sewaktu di Dunia

Di akhirat nanti, setelah proses penghitungan (hisab) selesai, manusia terbagi dua kelompok. Allah memasukkan orang-orang beriman dan beramal saleh ke dalam surga, sedangkan orang-orang kafir dimasukkan ke dalam neraka.

Selesai hisab itu, Iblis la’natullahi ‘alaihi (makhluk yang dilaknat Allah) berpidato di hadapan kelompok penghuni neraka. Pidato Iblis itu diabadikan oleh Allah SWT di dalam Alquran, tepatnya Surat ke-14 (Ibrahim) ayat  22.

Menurut Pengasuh Pesantren Bening Hati Sawangan, Depok, Ustaz Tazmaluddin Eldad, pidato Iblis itu  bukan pidato biasa. “Menurut Tafsir Ibnu Katsir maupun tafsir Ath-Thabari, khutbah Iblis itu merupakan pidato yang sangat menyentuh hati, bahkan sangat  menyayat hati. Semua manusia dari kelompok penghuni neraka yang mendengarnya, heboh dan menangis,” kata Tazmaluddin saat mengisi khutbah Jumat di Masjid At-Taqwa Sawangan, Depok, Jawa Barat, Jumat (30/6).

Inilah terjemah Surat Ibrahim ayat 22: “Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: ‘Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu, tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.’ Sesungguhnya orang-orang yang dhalim itu mendapat siksaan yang pedih." (QS. 14:22)

Kemudian Allah SWT melanjutkannya dengan ayat 23: “Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal shalih ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan izin Rabb mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah ‘salaam.’ (QS. 14:23)” (QS. Ibrahim: 22-23)

“Mendengar pidato Iblis terlaknat tersebut, yakni ayat 22, semua penghuni neraka itu merasa  sangat susah, dan tertipu. Mereka semuanya menangis dan menyesal, namun penyesalan ketika itu tidak ada gunanya lagi. Dan mereka tambah sedih mendengar ayat 23 yang menceritakan orang-orang beriman dan beramal saleh dimasukkan ke dalam surga,” tutur Tazmaluddin.

Karena itulah, kata Tazmal, kaum Muslimin perlu mengambil hikmah Idul Fitri dengan berupaya menjadi Muslim yang kembali kepada fitrahnya. “Kembali kepada fitrah artinya kembali kepada syariat Islam. Mari tegakkan perintah agama, antara lain menegakkan shalat lima waktu dengan sebaik mungkin dan rutin mentadabburi Alquran,” ujarnya.

Salah satu gelar yang disematkan kepada bulan Ramadhan adalah syahrul Quran atau bulan diturunkannya Alquran dan bulan membaca Alquran. “Karena itu, setelah Ramadhan berlalu, kaum Muslimin harus tetap rajin membaca dan mempelajari Alquran, agar hidupnya selamat di dunia maupun akhirat,” kata Tazmal.

Tentunya, kata Tazmal, Allah punya maksud dengan mengungkapkan pidato Iblis itu di dalam Alquran. “Intinya adalah Allah memberitahukan kita mengenai hal tersebut, agar jangan sampai kita di akhirat nanti setelah hisab, mendengar khutbah Iblis. Itu adalah khutbah yang sangat menyentuh hati, tapi jangan sampai kita mendengarnya. Sebab, kalau kita mendengar khutbah Iblis tersebut, berarti kita termasuk ahli neraka.”

source : Republika

Inilah Gambaran Nyata Pertengkaran di Neraka, Para Penghuni Neraka Saling Mengutuk Satu Sama Lain

Allah Ta’ala memanggil orang kafir, munafiq, dan musyrik untuk masuk ke dalam neraka jahannam. Berasal dari kalangan jin dan manusia, para ahli neraka dimasukkan secara berurutan sesuai dengan masanya. Siapa yang terlebih dahulu kafir, ia dimasukkan ke dalam neraka pertama kali.
Kemudian diikuti oleh para ahli neraka akhir zaman. Terus menerus. Bergerombol. Berkelompok-kelompok sampai kelompok yang terakhir kali dijerumuskan ke dalam api yang dipenuhi siksa.
Setelah seluruh ahli neraka berkumpul dalam satu tempat, ada pertengkaran yang dahsyat di antara mereka. Pertengkaran ini nyata. Pertengkaran penghuni neraka ini dijamin kebenarannya oleh al-Qur’an al-Karim.
“Ya Rabb kami, mereka inilah yang telah menyesatkan kami. Oleh karena itu, datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipatganda dari siksa-siksa neraka.”
Inilah tuntutan yang disampaikan oleh ahli neraka akhir zaman, yang masuk neraka terakhir kali. Perkataan yang termaktub dalam surat al-A’raf [7] ayat 38 ini merupakan tuntutan kepada setan dari golongan jin dan manusia yang telah mengajak mereka menempuh jalan kesesatan.
Karena mereka telah mengajak hingga kami terjerumus, tuntut mereka kepada para pendahulunya di jalan kesesatan, maka berikanlah hukuman kepada mereka dengan hukuman yang berlipat-lipat!
Dalam dialog yang hidup dan menyentak ruhani orang beriman ini, Allah Ta’ala menyampaikan jawaban. Kata-Nya, “Masing-masing kalian mendapatkan siksaan yang berlipatganda!”
Alangkah celakanya mereka. Yang diajak menuntut yang mengajak, tapi tuntutan mereka dimentahkan oleh Zat Penguasa semesta. Ditolak mentah-mentah.
Belum kelar bantahan dan penolakan dari Zat Yang amat berat siksanya, pihak yang dituntut pun menyampaikan bantahan.
“Kamu tidak memiliki sedikit pun kelebihan di atas kami!” (Qs. al-A’raf [7]: 39)
Kalian sama saja dengan kami! Kalian tidak berhak mendapatkan penangguhan dan keringanan siksa! kalian sesat sebagaimana kami yang sesat.
“Kalian,” tulis Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala mengutip perkataan Imam as-Suddi saat menjelaskan ayat ini dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, “telah tersesat sebagaimana yang kami alami.”
Pihak yang dituntut membantah dengan tegas. Mereka yang masuk neraka lebih akhir bukan berarti lebih baik hingga layak mendapatkan siksa yang lebih ringan. Dua-duanya sama. Sebab kepada dua golongan ini, Allah Ta’aa telah turunkan kepadanya Rasul yang membawa petunjuk menuju jalan hidayah.
Wallahu a’lam.